- Segini Jumlah Beras untuk Makan Siang Gratis Prabowo
- Ini 5 Pernyataan Ganjar-Mahfud Tak Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran sebagai Presiden-Wapres Terpilih
- Hadiri Peringatan Hari Otda Ke-28, Wabup: Spirit Komitmen Berkelanjutan Bangun Daerah
- Anggota Koramil 0321-05/RM dan MPA Kembali Patroli Karhutla di Pematang Sikek
- Panglima TNI Hadiri Halal Bihalal PP Muhammadiyah di UMJ
- Kemenag Larang Seremoni Keberangkatan Haji Lebih dari 30 Menit, Berikut Ketentuannya
- Ini Formasi CPNS dan PPPK 2024 di 7 Kementerian
- Mantap, 8 Cabang Lomba MTQ Riau Peserta Siak Masuk Final
- Dewan Kehormatan Minta Ketum PWI Terima Sanksi Dugaan Penyalahgunaan Dana CSR BUMN
- Final MTQ ke-42 Provinsi Riau, Fahmil Putra Bengkalis Raih Juara 1
- Diduga Cemari Lingkungan, Sidak Komisi IV DPRD Pekanbaru ke PT Sumatera Kemasindo Diwarnai Penolakan
- Bupati Kasmarni Minta Kepala Sekolah Fokus dan Optimalkan Kinerja
- Dianggap Tak Guna, Pemerintah Diminta Segera Hapus DMO CPO
- Bukan RI-Vietnam, Ramai Pabrik Pindah dari China ke Negara ASEAN Ini
- Fahmil Putra Bengkalis Melaju Babak Final MTQ Riau di Dumai
- Bupati Alfedri Hadiri Pelepasan Siswa SMK Yamato Tualang
- Dolar Masih di Atas Rp16.200, Siap-Siap Harga Laptop-AC Beterbangan
- Kantor Pertanahan Kabupaten Bengkalis Ikuti Gerakan Sinergi Reforma Agraria Nasional Secara Virtual
- Bupati Siak Husni Merza Hadiri Halalbihalal dan Haul Yamani ke-7 bersama Majelis Preman Langit Community
- Aksi Teaterikal DKS Siak Pukau Penonton di Panggung Utama MTQ Riau
Bawang Merah Dihargai Rp 2.000 per Kilogram, Petani Menangis
CIREBON - Harga bawang merah milik para petani di Kabupaten Cirebon, anjlok. Mereka pun terpaksa harus beralih tanam pada komoditas tanaman sayuran lainnya.
Pengurus Kelompok Tani Cukang Akar Desa Silih Asih, Kecamatan Pabedilan, Kabupaten Cirebon, Rois, menyebutkan, saat ini harga bawang merah di desanya hanya dihargai Rp 2.000–3.000 per kg di tingkat petani. Sedangkan harga bawang merah di tingkat pedagang Pasar Induk Kramat Jati Jakarta, diketahuinya hanya Rp 7.000 per kg. "Harga ini sangat rendah sekali," ujar Rois dikutip dari Republika.co.id, Senin (17/4).
Menurut Rois, untuk mencapai break event point (BEP), harga bawang merah di tingkat petani seharusnya Rp 20 ribu per kg. Tingginya BEP itu disebabkan mahalnya biaya tanam, termasuk harga bibit bawang merah yang sudah mencapai Rp 40 ribu per kg.
Dengan harga jual bawang merah yang hanya Rp 2.000 – Rp 3.000 per kg, Rois mengaku petani menanggung kerugian yang sangat besar. Ini karena modal yang telah dikeluarkan selama musim tanam sangat tak sebanding dengan hasil panen yang mereka peroleh. "Petani saat ini menangis," tutur Rois.
Rois menjelaskan, rendahnya harga bawang merah milik petani itu disebabkan rendahnya kualitas bawang yang mereka panen. Hal itu akibat tingginya curah hujan selama masa tanam yang menyebabkan tanaman bawang merah menjadi rusak.
Tak hanya kualitas dan harganya yang rendah, lanjut Rois, hasil panen petani secara kuantitas juga jauh menurun. Dalam kondisi normal, panen bawang merah bisa mencapai sepuluh ton per hektare. Namun saat ini, hasil panen hanya sekitar empat ton per hektare. "Bahkan banyak juga petani yang gagal panen, tidak dapat hasil sama sekali," terang Rois.
Rois mengatakan, anjloknya harga bawang merah membuat petani kesulitan modal untuk memulai kembali penanaman bawang merah pada musim tanam berikutnya. Karena itu, mereka akan beralih pada komoditas tanaman sayuran lainnya, seperti timun dan jagung. "Petani bawang merah saat ini gulung tikar," kata Rois.
Sementara itu, salah seorang pedagang sayuran di Pasar Pagi Kota Cirebon, Ilah mengatakan, kualitas bawang merah saat ini memang kurang bagus. Menurutnya, bawang merah cepat membusuk akibat banyaknya kandungan air di dalamnya.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Cirebon, Ali Efendi membenarkan tingkat intensitas hujan di Kabupaten Cirebon selama musim tanam 2016/2017 memang sangat tinggi. Selain menyebabkan banjir, hal tersebut juga membuat tanaman bawang merah diserang berbagai hama dan penyakit.
Dampaknya, tanaman bawang merah mengalami penurunan secara kuantitas, kualitas maupun harganya. Bahkan, adapula yang mengalami gagal panen. "Hasil panen jadi kurang optimal," tutur Ali.(ROL)