- Tutup TC Kafilah Bengkalis Peserta MTQ ke-42 Tingkat Provinsi Riau, Bupati Minta Kafilah Tetap Rutin Berlatih
- Meriahkan Pesta Demokrasi, Bupati Kasmarni Ajak Masyarakat Ke TPS
- Gelar Gemar Siak Berzakat, Baznas Kabupaten Siak Berhasil Kumpulkan Rp 689.77 Juta
- Panglima TNI Terima Laporan Korps Kenaikan Pangkat 29 Perwira Tinggi TNI
- Peduli Sesama, TNI di Rokan Hulu Riau Bagi-Bagi Takjil Berbuka Puasa
- Bupati Bengkalis Serahkan LKPD Unaudited Tahun 2023 ke BPK RI Riau
- Safari Ramadhan, Bupati Rohil Salurkan Bantuan Operasional Masjid Mujahidin Sungai Nyamuk
- Ikhtiar Berzakat Terus Disosialisasikan, Bupati Alfedri Pimpin Gemar Siak Berzakat
- Panglima TNI Hadiri Rapat Koordinasi Lintas Sektoral Operasi Ketupat 2024
- TP PKK Kabupaten Siak dan BRK Syariah Salurkan 120 paket Sembako
- Ketua Umum Dharma Pertiwi Hadiri Pembukaan Jala Craft 2024
- Penuh Berkah, Pj Gubri dan Bupati Kasmarni Safari Ramadhan di Kecamatan Pinggir
- Soal Video Viral Mirip Sekda, Diskominfotiks Rohil Lakukan Koordinasi Dengan Kementrian Kominfo RI
- PM Jepang Lantik Tiga Perwira Remaja TNI Lulusan NDA
- Kisah Perjalanan-Spiritual Para Tokoh: Edisi Muslimah Muallaf Asal Filipina
- Polbeng Kembali Kirim Mahasiswa Kuliah di Jerman
- Panglima TNI Rotasi dan Mutasi 52 Perwira Tinggi TNI
- Sempena Safari Ramadhan 1445 H, PD Muhammadiyah Siak Kukuhkan Pengurus PCM Kandis
- Pimpin Bujang Kampung, Wabup Husni Merza Ingatkan Para Camat Pantau Harga Sembako di Pasaran
- Mantapkan Kualitas Jelang MTQ Riau, Kesra Bengkalis Lakukan Pembinaan Terpusat
Serupa Tak Sama, Jejak Panas Zakir Naik dan Rizieq Shihab
(Dok. Istimewa)
JAKARTA - Puja puji terlontar dari mulut Imam Besar Front Pembela Islam (FPI), Rizieq Shihab, dan dai kontroversial asal India, Zakir Naik, kala keduanya bertegur sapa di Makkah, Arab Saudi, pada pertengahan 2017 lalu.
Perjumpaan itu terjadi saat keduanya melayat ke kediaman ulama besar Arab Saudi, Syekh Kholid al-Hamudi, yang ibundanya wafat.
"Intinya, HRS (Habib Rizieq Syihab) berterima kasih kepada ZN (Zakir Naik) karena sudah berkunjung ke Indonesia. ZN pun bangga dengan perjuangan HRS selama ini," kata pengacara Rizieq, Sugito Atmo Prawiro, saat itu.
Kala itu, Zakir memang baru saja merampungkan tur dakwahnya di beberapa kota di Indonesia. Sementara itu, Rizieq baru saja angkat kaki dari Indonesia usai tersandung kasus dugaan percakapan porno dengan Firza Husein.
Dua tahun berselang, keduanya masih berbagi nasib yang sama, tak kembali ke kampung halaman karena kemelut kontroversi di tanah airnya.
Bedanya, Rizieq memiliki basis massa yang besar di Indonesia. Kelompok yang kerap berseberangan dengan pemerintah itu mendukung kepulangan Rizieq.
Namun, juru bicara FPI, Munarman, menyebut ada sejumlah pihak di Indonesia yang menghalangi kepulangan Rizieq, padahal izin tinggal dia di Saudi sudah kedaluwarsa.
Menurut Munarman, kabar mengenai pencegahan itu didapatkan langsung oleh Rizieq dari otoritas Saudi. Aparat setempat bahkan sempat menanyakan langsung ke Rizieq mengenai kasus-kasus yang menyeret nama pentolan FPI itu di Indonesia.
Berdasarkan data yang dihimpun CNNIndonesia.com, kasus Imam Besar FPI mencakup logo uang pecahan Rp100 ribu yang disebut Rizieq mirip lambang palu arit, dugaan penodaan simbol negara, hingga percakapan mesum.
Munarman mengklaim polisi sudah menghentikan penyelidikan semua kasus yang menjerat Rizieq. Namun, kepolisian menegaskan bahwa kepolisian hanya menghentikan penyidikan dua kasus, yaitu dugaan penghinaan simbol negara dan percakapan mesum.
Pemulangan Rizieq ini pun menjadi komoditas politik. Prabowo Subianto berjanji akan menjemput Rizieq jika menang di Pemilihan Presiden 2019. Namun ternyata, ia kalah dari Joko Widodo.
Polemik Zakir Naik
Berbeda dengan Rizieq, Zakir Naik datang dari kaum minoritas di India, negara dengan mayoritas penduduk memeluk agama Hindu. Zakir pun tak pernah lepas dari sorotan publik, apalagi ketika ia melontarkan berbagai pernyataan kontroversial.
Awalnya, nama Zakir Naik menanjak karena terbuka untuk mendiskusikan pemikiran Islam dan perbandingannya dengan agama lain.
Dengan cara komparasi ini, Zakir ingin meluruskan pandangan publik terhadap Islam yang mulai bergeser sejak insiden serangan 11 September 2001 di Amerika Serikat, atau biasa disebut tragedi 9/11.
"Muslim harus selalu membela diri untuk Islam sejak 9/11 dan terus menolak dilabeli fundamentalis. Tak ada yang salah jika seorang Muslim disebut fundamentalis. Semua umat Muslim yang baik harus menjadi seorang fundamentalis yang dilengkapi dengan pengetahuan fundamental tentang Islam," ujar Zakir sebagaimana dikutip Arab News.
Ia kemudian mengatakan, konsep ini sebenarnya sama saja dengan seorang ilmuwan yang harus memiliki dasar berpikir fundamental dari bidang keilmuannya. Zakir pun dikenal sebagai seorang pembicara Muslim yang kerap mendasarkan dakwahnya pada ilmu.
Pria kelahiran 18 Oktober 1965 ini sendiri merupakan akademisi yang menyandang gelar Sarjana Kedokteran dan Bedah dari Universitas Mumbai. Namun sejak 1991, ia meninggalkan dunia medis dan mulai menggeluti dakwah hingga akhirnya mendirikan Islamic Research Foundation (IRF).
Ia semakin dikenal dan kerap diundang ke berbagai negara untuk memperkenalkan Islam. Namun menurut sejumlah peserta dakwahnya, Zakir kerap melontarkan komentar yang merendahkan agama lain.
Tak ayal, perjalanan Zakir selalu diliputi kontroversi. Di Arab Saudi, Zakir dianugerahi penghargaan sipil tertinggi dari kerajaan, yaitu Shah Faisal Award. Namun di negaranya sendiri, ia dikecam karena diduga menginspirasi pelaku bom di Mumbai, Rahil Sheikh.
Kini, pemerintah India sendiri sudah melarang keberadaan IRF dan menyebut lembaga itu sebagai kelompok teroris. Zakir lantas didakwa dengan berbagai tuduhan, mulai dari pendanaan terorisme hingga ujaran kebencian.
Hingga saat ini, Zakir tinggal di Malaysia bermodalkan status penduduk tetap yang diberikan oleh pemerintah setempat.
Namun belakangan, gelombang penolakan terhadap Zakir mulai besar, sampai-sampai empat menteri mendesak Perdana Menteri Mahathir Mohamad untuk mengusir dai kondang tersebut.
Kisruh ini bermula ketika Zakir menyebut umat Hindu sebagai minoritas di Malaysia memiliki "hak seratus kali lipat" ketimbang Muslim yang juga merupakan minoritas di India.
Masalah ras dan agama sendiri merupakan isu sensitif di Malaysia yang memiliki populasi Muslim 60 persen dari total 32 juta warga.
Mahathir sebelumnya mengatakan bahwa Zakir tak dapat dikembalikan ke India karena ada ketakutan ia bakal dibunuh di sana.
"Jika ada negara lain yang mau (menerima) dia, boleh saja," ujar Mahathir seperti dilansir kantor berita Bernama.
Zakir sendiri menampik semua tudingan para menteri Malaysia tersebut. Ia menganggap pernyataannya kerap dipelintir.
"Pujian saya untuk pemerintah Malaysia demi perlakuan adil antara minoritas Hindu terkadang dipelintir dan salah dikutip demi kepentingan politik dan menciptakan keretakan komunal," ucap Zakir.
(cnnindonesia.com)