- Alfedri: RENJA Tahun 2025 Harus Naikan Indeks Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten Siak
- Wabup Husni Merza Lepas Kafilah Siak, Ikuti 9 Cabang Lomba MTQ Riau Ke-XLII
- Bupati Afrizal Sintong Lepas Kafilah Rohil Ikuti MTQ Tingkat Provinsi di Kota Dumai
- Pererat Persatuan, Koramil 0321-05/RM Komsos di Kampung Pancasila Bangko Bakti
- Tradisi Pasca Idul Fitri, Warga Kampung Benayah Gelar Aghi Ghayo Enam
- Enam Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama Bakamla RI Diserahterimakan
- Bupati Bengkalis Serahkan Penghargaan Pemenang Lomba Lampu Colok dan Pawai Takbir 2024
- Lanjutkan Program Bermasa, Bupati Kasmarni Pastikan Maju di Pilkada Bengkalis 2024
- Pererat Silaturrahmi Antar Anggota, Ketua DPRD Siak Gelar Pertemuan Pasca Libur Idul Fitri
- Tiba-Tiba WHO Beri Warning, Flu Burung Marak Lagi
- Ketua DPRD Siak Indra Gunawan SE Audiensi Bersama Komisioner KPU Siak
- Panglima TNI Pimpin Penyerahan Jabatan Pangkogabwilhan II dan Sertijab 3 Jabatan Strategis Mabes TNI
- Disdik Kota Beberkan Empat Jalur Penerimaan PPDB Tahun Ini
- Kelas Rawat Inap BPJS 1, 2, 3 Dihapus 2025, Iurannya Jadi Segini
- Pemkab Bengkalis Terus Pacu Percepatan Pembangunan Jembatan Bengkalis-Bukit Batu
- Jaga Kewaspadaan Dimanapun Berada, Panglima TNI Ingatkan Prajurit Agar Selalu Berhati-Hati dan Teliti Dalam Bertindak
- Ingat! Seluruh ASN dan Honorer Harus Hadir di Halalbihalal Pemkab Bengkalis
- Anggota Koramil 0321-05/RM Kembali Lakukan Pendampingan Petani Cabe
- Panglima TNI Laksanakan Apel Khusus dan Halal Bihalal di Mabes TNI
- Panglima TNI Tinjau Arus Balik Lebaran 1445 H/2024
Anak Korban Gawai, Mirip Pecandu Narkoba
(SHUTTERSTOCK)
KENAPA kamu bisa ada di sini? Tanya dokter ahli kejiwaan kepada salah seorang anak usia SMA. Karena gadget ( gawai), sambut sang anak!
Mungkin tak akan ada orang yang menyangka, perubahan perilaku anak yang mengalami kecanduan Gawai, mirip kerusakan jiwa yang terjadi pada pecandu narkoba!
Program AIMAN mengupasnya tuntas!
Saya mendatangi sebuah Rumah Sakit Jiwa di Bandung, Jawa Barat. Saya memutuskan untuk mengangkat topik yang menjadi fenomena baru di Indonesia. Tak banyak yang sadar, tapi korbannya, anak terus bertambah.
Anda tahu berapa jumlah anak yang datang dan sebagiannya di rawat inap karena membahayakan lingkungan akibat "Candu Gawai"?
Datanya mengejutkan
Dua anak per pekan dirawat akibat terganggu jiwa karena gawai.
Konstan dua hingga tiga anak per pekan. Artinya dalam setahun ada seratusan anak yang mengalami gangguan jiwa serius dan semuanya dipastikan karena kecanduan gawai.
Saya berani katakan ini hal yang serius dan karena hanya anak yang sudah mengalami gangguan jiwa yang serius yang di bawa ke rumah sakit Jiwa.
Sudah barang tentu, anak yang kecanduan gawai jauh lebih banyak alias fenomena gunung es, dan tidak di bawa ke Rumah Sakit Jiwa.
Tapi yang terdeteksi hanya sungguh sebagian kecil.
Apa pasal?
Hanya anak yang pada tahap serius, rela di bawa ke Rumah Sakit Jiwa (RSJ) oleh keluarganya, sisanya tidak!
Secara normal, ada keengganan bagi keluarga untuk membawa anggota keluarga lainnya apalagi anak ke Rumah Sakit Jiwa, karena stigma negatif pasca-kedatangan ke sana.
Penelusuran AIMAN
AIMAN datang saat ambulans membawa anak terganggun jiwa akibat gawai.
Kebetulan saat di program AIMAN saya mendapati ada satu anak yang baru saja dirujuk ke RSJ untuk mendapatkan penanganan intensif akibat kecanduan gim pada gawai yang diberikan oleh orangtuanya.
Hal yang mengejutkan sang anak sebelumnya tergolong berprestasi, berasal dari sekolah ternama di Kota Bandung, Jawa Barat.
Bahkan ada anak lainnya yang mengalami gangguan jiwa akibat gawai, sebelumnya adalah peserta yang lolos seleksi Olimpiade Matematika di sekolahnya. T
api semuanya kini berubah!
Anak ini banyak sekali yang menunjukkan permusuhan pada lingkungannya setelah dilarang menggunakan gadget-nya. Mereka rata-rata anak cerdas.
Ada yang seusia SMP mereka sudah bisa mencuri dan membobol ATM milik orangtuanya.
"Uangnya digunakan untuk membeli "diamond" alias uang elektronik yang bisa digunakan pada game online," ungkap dokter Lina Budiyanti, Dokter Spesialis Kejiwaan yang khusus menangani pasien anak dan remaja akibat kecanduan gawai.
Kini sebagian dari mereka harus di rawat di RSJ Cisarua, Bandung, Jawa Barat.
Tidak hanya di Bandung, ternyata fenomen ini terjadi merata nyaris di seluruh Indonesia. Dari pulau Sumatera hingga Kawasan Timur Indonesia.
Hanya yang tercatat, yang terbanyak pertama di Jawa Barat, disusul Jawa Tengah yang dirawat di Rumah Sakit Jiwa Surakarta, yang rata-rata setiap hari terdapat 1 hingga 2 pasien anak datang, akibat gangguan jiwa karena gawai.
Ini aturan hingga batasannya
Ada hal penting yang harus dilakukan orangtua agar tak terjadi hal serupa. Tak boleh anak hingga remaja di bawah usia 18 tahun menjadi pecandu gawai.
Bahkan orang dewasa sekalipun. Meski orang dewasa normal, cenderung bisa menguasai dan mengambil keputusan setelah mereka terpapar gawai berlebihan.
Otak bagian depan yang bertugas menganalisis dan mengambil keputusan cenderung bisa mengatur dan akhirnya mendominasi bagi sosok dewasa.
"Tapi tidak dengan anak dan remaja. Otak bagian depan mereka belum terbentuk sempurna, sehingga saat mendapat kesenangan, mereka akan terus menagih dan menagihnya," ungkap dokter Elly Marliyani, Direktur Utama RS Jiwa Provinsi Jawa Barat.
Batasi penggunaan gawai pada anak, dengan dua cara: pertama, jangan pernah memberikan gawai pada anak, melainkan meminjamkannya.
Sehingga sejak awal ia sadar bahwa gawai tersebut bukanlah miliknya, dan bisa ditarik sewaktu-waktu atas kontrol orangtua.
Kedua, batasi penggunaan gawai pada anak, maksimal hanya boleh 2 jam perhari. Tidak boleh lebih!
Dan terpenting dari semua itu, apa yang dilakukan dan diakses oleh sang anak, orangtua tak boleh lengah.
Sesungguhnya segala sesuatu itu berdiri atas porsinya. Itulah hakikat keadilan pada kehidupan dunia.
Saya Aiman Witjaksono, Salam!
(sumber: kompas.com)