Cara Cerdas Ibu Rumah Tangga Atur Keuangan di Awal 2020

Rabu, 01 Januari 2020 - 20:10 WIB Lifestyle

Berita Terkait

Cara Cerdas Ibu Rumah Tangga Atur Keuangan di Awal 2020 Ilustrasi. (Istockphoto/PRImageFactory).

JAKARTA - Tak terasa, tahun telah berganti. Ibu rumah tangga bisa memanfaatkan momentum ini untuk menyusun resolusi agar kondisi keuangan lebih baik pada 2020.

Terlebih, ibu rumah tangga terkadang suka 'khilaf' membelanjakan barang-barang di luar kebutuhan sehingga pengeluarannya membengkak dari anggaran yang tersedia.

Perencana keuangan Mitra Rencana Edukasi (MRE) Andi Nugroho mengatakan seorang ibu rumah tangga harus memetakan kembali terkait apa-apa saja kebutuhan keluarga pada awal tahun. Hal ini dilakukan agar ada patokan dana yang dibutuhkan selama 12 bulan ke depan.

Kebutuhan rumah tangga yang dimaksud bukan hanya soal makan sehari-hari, tapi juga biaya sekolah anak, perlengkapan alat rumah tangga, hingga liburan jika memang ada kesepakatan dengan suami.

"Jadi pada awal tahun harus disiapkan, kebutuhannya apa saja, ini terutama kebutuhan keluarga," ujar Andi kepada CNNIndonesia.com, dikutip Rabu (1/1).

Andi bilang ibu rumah tangga bisa mengalokasikan 55 persen dari total penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan konsumsi. Di pos konsumsi, seorang istri bisa menggunakannya untuk membayar cicilan utang, transportasi sehari-hari, dan kebutuhan anak.

Istri bebas mengatur berapa persen dana yang akan digunakan untuk membeli sembako, cicilan utang, transportasi, dan kebutuhan anak.

Hanya saja, Andi mengingatkan kalau utang menumpuk, otomatis kebutuhan untuk membeli sembako dan yang lainnya harus dikurangi agar komposisinya tak membengkak lebih dari 50 persen.

"Pokoknya kebutuhan sehari-hari ada di komposisi 50 persen dari total penghasilan keluarga, kalau ingin belanja banyak karena diskon, ya diatur di situ, terserah bagaimana," tutur Andi.

Setelah itu, 10 persen lainnya bisa diinvestasikan untuk investasi. Beberapa instrumen yang bisa dipilih, antara lain deposito, reksa dana, saham, dan logam mulia.

Jika tak mau investasi yang terlalu berisiko, maka istri bisa menempatkan dana di reksa dana dan membeli logam mulia. Andi tak menyarankan investasi di saham jika tak berani ambil risiko.

"Tapi dilihat juga dari tujuan investasi, setiap keluarga beda-beda. Tidak bisa pukul rata," imbuh dia.

Selain itu, istri juga bisa melakukan diversifikasi penempatan dana investasi setiap bulannya. Jika penghasilan keluarga adalah Rp10 juta, maka 10 persennya atau Rp1 juta bisa ditempatkan di reksa dana terlebih dahulu.

Kemudian, bulan depannya beda lagi. Istri bisa menggunakan alokasi dana investasi untuk beli logam mulia.

"Itu mungkin lebih terasa hasil investasinya ketimbang dari Rp1 juta dibagi-bagi, berapa ratus ribu untuk beli logam mulia, lalu sisanya beli reksa dana. Jadi sedikit-sedikit," jelas Andi.

Lebih lanjut Andi menyatakan ibu rumah tangga juga jangan lupa mengalokasikan 10 persen dari penghasilan keluarga untuk dana darurat. Hal ini perlu untuk mengantisipasi kejadian yang tak terduga.

Selain itu, 10 persen lainnya bisa digunakan untuk meningkatkan kualitas di keluarga. Misalnya, suami dan istri mengikuti kursus yang bisa meningkatkan kemampuan dalam mencari nafkah.

"Contohnya seorang jurnalis ikut juga les sebagai moderator. Itu kan meningkatkan kualitas dan bisa mendapatkan penghasilan lebih," tutur Andi.

Kemudian, sisanya 10 persen dari total penghasilan sebaiknya dialokasikan untuk senang-senang. Andi menyebut istri harus mengalokasikan dana untuk berkumpul dengan keluarga, seperti piknik.

"Masih sisa 5 persen ini jangan lupa untuk amal. Tapi kalau komposisi mau ditambah jadi 10 persen tidak masalah, tinggal mengurangi pos anggaran yang lain, misalnya kursus dikurangi," jelasnya.

Di sisi lain, Perencana Keuangan dari Financial Consulting Eko Endarto menyarankan sebaiknya istri mengalokasikan dana hingga 30 persen untuk membayar cicilan utang keluarga. Ia menilai ini harus menjadi prioritas selain konsumsi.

"Kalau suami kasih gajinya, ya istri atur. Pengeluaran kan tidak terbatas, jadi harus ada prioritas. Nah 30 persen harus dimasukkan pos bayar utang," kata Eko.

Sementara, ibu rumah tangga bisa menganggarkan 50 persen dana untuk konsumsi. Kebutuhan yang masuk di pos ini, antara lain sembako, bayar listrik, bayar air, bayar pajak, dan iuran sekolah anak.

Sisanya, 10 persen penghasilan keluarga perlu disisihkan untuk kebutuhan proteksi, seperti membeli polis asuransi. Kemudian, 10 persen lagi untuk investasi.

"Investasi kebutuhan masa depan ini maksudnya untuk kebutuhan sekolah anak jangka panjang, pensiunan keluarga, atau ingin beli rumah masa depan," papar Eko.

Untuk penempatan investasi, Eko bilang istri harus pintar-pintar menghitung kapan dana itu dibutuhkan. Misalnya, biaya yang dibutuhkan masih 10 tahun-20 tahun lagi untuk kuliah anak, maka istri bisa menempatkannya di saham agar imbal hasil yang diraih besar.

"Kalau butuhnya jangka panjang masukin investasi yang sifatnya memiliki risiko tinggi seperti saham," kata Eko.

Namun, jika dana dibutuhkan dalam jangka pendek atau menengah bisa dimasukkan ke deposito. Ini agar dana lebih aman karena risikonya juga lebih rendah dibandingkan saham.

"Di bawah lima tahun jangan saham, di atas lima tahun bisa saham," jelas Eko.

Namun, komposisi penggunaan anggaran rumah tangga ini sejatinya tidak ada aturan yang 100 persen benar. Eko bilang ketentuannya kembali lagi disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing keluarga.

"Yang penting tentukan prioritas, kalau sudah tahu prioritas kan tahu kebutuhan apa saja. Lalu dana disiapkan dan konsisten," pungkas Eko.

(cnnindonesia.com)

Key Takeaways: Dominate the digital landscape with Smmsav.com and Followersav.com your go-to best SMM Panel in 2024 for affordable social media marketing solutions. Best Press release services in 2024 is Followersav and Smmsav boost your business with us. best Smm panel Buy Spotify streams casino Script casino Script
Rabu, 18 April 2018 - 20:10 WIB
Tulis Komentar

0 Komentar

Tulis Komentar

Berita Terbaru