- Mantap, 8 Cabang Lomba MTQ Riau Peserta Siak Masuk Final
- Dewan Kehormatan Minta Ketum PWI Terima Sanksi Dugaan Penyalahgunaan Dana CSR BUMN
- Final MTQ ke-42 Provinsi Riau, Fahmil Putra Bengkalis Raih Juara 1
- Diduga Cemari Lingkungan, Sidak Komisi IV DPRD Pekanbaru ke PT Sumatera Kemasindo Diwarnai Penolakan
- Bupati Kasmarni Minta Kepala Sekolah Fokus dan Optimalkan Kinerja
- Dianggap Tak Guna, Pemerintah Diminta Segera Hapus DMO CPO
- Bukan RI-Vietnam, Ramai Pabrik Pindah dari China ke Negara ASEAN Ini
- Fahmil Putra Bengkalis Melaju Babak Final MTQ Riau di Dumai
- Bupati Alfedri Hadiri Pelepasan Siswa SMK Yamato Tualang
- Dolar Masih di Atas Rp16.200, Siap-Siap Harga Laptop-AC Beterbangan
- Kantor Pertanahan Kabupaten Bengkalis Ikuti Gerakan Sinergi Reforma Agraria Nasional Secara Virtual
- Bupati Siak Husni Merza Hadiri Halalbihalal dan Haul Yamani ke-7 bersama Majelis Preman Langit Community
- Aksi Teaterikal DKS Siak Pukau Penonton di Panggung Utama MTQ Riau
- Memukau Penonton, Peserta Pawai Ta'aruf Rohil Tampilkan Ratib Togak dan Kompang Silat
- Masa Depan Demokrasi Indonesia di Masa Kepemimpinan Baru
- Target Kembali Juara Umum, Bupati Kasmarni Beri Motivasi Kafilah Bengkalis di Dumai
- Bupati Kasmarni dan 2500 Warga Bengkalis Ikuti Pawai Ta'aruf MTQ Riau di Dumai
- Pasca Idul Fitri, Bupati Alfedri Kembali Laksanakan Bujang Kampung di Teluk Masjid
- Idul Fitri dalam Perspektif Global
- Koops Habema Lumpuhkan Anggota OPM yang Serang Pos Paro
Marwan Yohanes: Hentikan Pembahasan RUU Pajak Sembako
PEKANBARU, kabarmelayu.com - Wacana pemerintah pusat yang akan mengenakan pajak terhadap kebutuhan dasar masyarakat, dinilai jauh lebih kejam dari pandemi corona. Oleh karena itu pemerintah diminta menghentikan pembahasan Rancangan Undang-Undang (RUU) tersebut.
Hal itu ditegaskan anggota komisi V DPRD Riau Marwan Yohanes menyikapi wacana pemerintah yang akan mengenakan pajak terhadap kebutuhan dasar masyarakat, sembilan bahan pokok (sembako), Senin (14/6/21).
Pemerintah RI yang terhormat, tuan tuan yang ada di Jakarta sana, untuk memberikan pajak terhadap sembako yang merupakan kebutuhan dasar masyarakat. Jika ada yang berpikir demikian, saya rasa orang itu sudah berhenti mencintai republik dan rakyatnya", ujar politisi asal fraksi Gerindra DPRD Riau.
Menurutnya, alasan defisit dibalik pengenaan pajak sembako, dinilai mengada-ada. Pasalnya, Indonesia pada dasarnya kaya akan Sumber Daya Alam (SDA), dan Sumber Daya Manusia (SDM). Persoalannya bagaimana memanfaatkan SDA yang kaya ini bisa bernilai ekonomi.
"Dari dulu saya katakan Indonesia ini ditumbuhi karet, tetapi pemerintah tidak pernah memikirkan bagaimana membuat industri yang bahan bakunya dari karet. Padahal industri semacam itu selain bernilai tambah ekonomi, juga mampu menciptakan lapangan kerja. Kalau kita justru cenderung memilih impor", kata Marwan.
Dikatakan, solusi mengatasi defisit bukan dengan menaikkan BBM atau memajak kebutuhan pokok masyarakat.
"Jangan-jangan besok napas yang keluar dari hidung saya ini juga dipajak nih. Mestinya kreatiflah", ucap Marwan geram.
Menurut Marwan, banyak potensi SDA yang jika dimaksimalkan bisa menutupi defisit bahkan jauh lebih besar dari pengenaan pajak sembako. Misalnya sektor pertanian, perkebunan, kehutanan dan pertambangan.
"Itu saja diurus dengan benar, saya yakin bisa menutupi defisit koq. Sudahlah masyarakat susah ekonominya akibat Corona, sekarang masyarakat dipajaki pula", tukasnya.
Marwan pun berharap agar pemerintah menghentikan pembahasan RUU sembako tersebut.
Sementara itu, mantan Ketua Panitia Khusus Monitoring dan Evaluasi Perizinan Lahan DPRD Riau, Suhardiman Amby pada 2020 lalu menyebutkan, dari 1,4 juta hektar kebun sawit illegal di Provinsi Riau, Pemprov kehilangan potensi penerimaan pajak sebesar Rp 1,7 triliun pertahun. (fin)