- Terima Audiensi BBPOM Riau, Bupati Kasmarni Siap Dukung Program Desa Pangan Aman
- Diikuti 66 Peserta, Wagubri Buka MTQ Tingkat Kelurahan Bambu Kuning
- Disdik Pekanbaru Imbau Pihak Sekolah Tetap Terapkan Prokes
- Babinsa Masuk Dapur Antar Sembako dan Masak Makanan Bagi Warga Kurang Mampu di Rohul
- Wagubri Sambut Baik Kolaborasi Swasta Guna Tangani Penurunan Stunting
- Balita Stunting di Rokan Hulu Dapat Bantuan Sembako dari Bapak Asuh Danrem 031/Wira Bima
- Lantik 938 Anggota BPKep Rohil, Bupati: Bekerjasamalah dengan Penghulu
- Reva Aprillia Finalis AMSO 2022 dari SMK Angkasa Lanud Suryadarma
- Perkuat Kolaborasi, Pemkab Bengkalis Jalin MoU Dengan IPB
- 'Keanehan' Muncul Lagi di Arab, Gurun Pasir Kini Jadi Sungai
- Di HUT Ke-22, Wabup Husni Merza Berharap Baznas Siak Semakin Baik dan Berkualitas
- Pertama di Indonesia, PT Arara Abadi Sukses Gelar Uji Kompetensi Crew Leader RPK Dari LSPHI-BNSP
- Hukum Islam Praktik Aborsi Akibat Kasus Pemerkosaan
- Sudah Candu Parah, Warga RI Nomor Satu di Dunia 'melototin' HP
- Venna Melinda Sudah Siapkan Gugatan Cerai untuk Ferry Irawan, Pernikahan 10 Bulan Berakhir
- Tahura SSH Bakal Jadi Pusat Edukasi Alam
- Racun Siput, Temuan Unik Obati Penderita Diabetes
- ASN Boleh Jadi Panitia Pemilu, Tapi..
- Polbeng Realisasikan Magang 1 Tahun D2 Fast Track
- Alumni MAN 1 Bengkalis Gelar Turnamen Futsal
Siap-siap, Harga Makanan dan Minuman Bentar Lagi Bakal Naik
JAKARTA - Pengusaha makanan dan minuman (mamin) mengungkapkan bahwa akan terjadi kenaikan harga, khususnya untuk produk olahan makanan dan minuman. Rencana kenaikan ini merupakan imbas dari melonjaknya harga bahan baku, biaya operasional, sampai dengan biaya produksi.
Meski demikian, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI), Adhi S. Lukman mengatakan, kenaikan harga tersebut tidak akan begitu signifikan di tingkat konsumen. Sebab, pengusaha tetap harus menyesuaikan daya beli masyarakat terhadap produk yang dijual.
"Dari sisi operasional, biaya produksi akan menjadi semakin mahal. Sementara, kita penyesuaian harga jual sangat sulit menyesuaikan dengan kenaikan harga bahan baku dan lain sebagainya, karena memang kita menyesuaikan daya beli masyarakat," ujar Adhi kepada CNBC Indonesia, Kamis (1/12/2022).
Ia menyampaikan bahwa meningkatnya biaya produksi, yang disumbang oleh kenaikan harga bahan baku dan operasional, tidak bisa serta merta langsung dibebankan kepada konsumen. Oleh karena itu, pihak produsen akan menekan margin dari perusahaan mamin, khususnya produk olahan.
"Jadi kenaikan (di tingkat konsumen) tidak bisa sebesar kenaikan harga bahan baku, energi, logistik, dan lain sebagainya. Ujung-ujungnya adalah perusahaan marginnya tertekan," jelas Adhi.
Biang kerok di balik semua kenaikan harga tersebut ialah menguatnya nilai dolar AS terhadap rupiah. Kondisi ini menimbulkan efek terhadap industri mamin di dalam negeri. Sebab, sampai dengan saat ini, masih banyak bahan baku dan bahan penolong dari industri mamin di dalam negeri yang masih memerlukan impor. Hal ini mempengaruhi harga pokok produksi.
Selain itu, kendala pasokan dari negara-negara lain juga sering terganggu karena adanya masalah logistik. Ditambah ada juga kendala dari komoditi yang dalam pengawasan, seperti halnya gula, garam, dan lain sebagainya.
"Banyak kendala. Sekarang ini masalah logistik juga kadang-kadang pasokan dari negara lain terganggu karena masalah logistik. Terkadang ada negara-negara yang tiba-tiba logistiknya tidak bisa dikirim. Lalu ada juga terkait dengan komoditi yang dalam pengawasan. Nah ini yang perlu waktu, pemerintah perlu membahas untuk bisa diberikan izin impornya," kata Adhi.
Adapun penyebab dari terkendalanya pasokan, menurut Adhi, pertama, karena tekanan pandemi. Kedua, geopolitik yang berubah cepat. Ketiga, perang yang tidak bisa diprediksi kapan berakhirnya. Keempat, perubahan cuaca yang sering menyebabkan gagal panen.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, lanjut dia, industri itu sekarang harus memperbesar inventory, untuk menjaga kesinambungan produksi, supaya bisa tetap produksi di tengah kesulitan logistik, pasokan, dan lain sebagainya.
Optimis Tumbuh 5%
Terlepas dari kekhawatiran itu semua, bos pengusaha mamin itu tetap optimis industri mamin RI di tahun 2023 akan terus tumbuh, minimal dari pertumbuhan itu berada di level 5%.
"2023 kalau dari sisi penjualan, baik lokal maupun ekspor saya optimis meningkat. Saya pikir minimal 5% masih bisa tumbuh untuk industri," pungkasnya.
(sumber: CNBCIndonesia.com)