- Bupati Kasmarni: Perencanaan Pengadaan Barang dan Jasa Perlu Diperhatikan Secara Khusus
- Akademisi Paramadina: Pemilihan Calon Legislatif 2024 serasa “Beauty Pageant”
- Bupati Kasmarni Terima Anugerah PWI Riau Award 2023
- Bupati Afrizal Sintong Lepas Keberangkatan 283 Jemaah Calon Haji Rohil
- Masyarakat Bengkalis Tumpah Ruah Sambut Kepulangan Pahlawan Sea Games Kamboja
- Lestarikan Bahasa Melayu, Bahasa Daerah Aset Negara
- Diskusi Publik "Quo Vadis Spin Off Bank Syariah"
- SEF Rayakan Milad Ke-5 dengan "SEF goes to SLB"
- 50 Kasek se-Kecamatan Bengkalis Ikuti Sosialisasi Persiapan Penilaian SRA
- Kabupaten Bengkalis Masuk 4 Besar Percepatan Penurunan Stunting Se-Provinsi Riau
- Akrab, Personil TNI Polri Kompak Melakukan Olah Raga dan Senam Aerobik
- SMPN 1 Bangkinang Kota Gelar Pelepasan Siswa Kelas IX dan Perpisahan Guru Purna Bhakti
- Wujudkan Kegemaran Literasi Anak Didik, Dispusip Siak Mou ke sejumlah Sekokah
- Wabup Rohil Hadiri Milad dan Wisuda YP Islam Almuhsinin Rimba Melintang
- Anggota DPRD Siak H Syarif, S.Ag Imbau Calon Jamaah Haji Persiapkan Fisik dan Kesehatan
- Diapresiasi Tim Penguji, Bupati Kasmarni Paparkan Langsung Inovasi Turunkan Stunting
- Penyuluh Anti Korupsi Kini Tersebar di 12 Kabupaten/kota Se-Riau
- Dari 9.973, Hanya 285 Perpustakaan Sekolah di Riau Terakreditasi
- Ibu Negara Iran Dr Jamileh Alamolhoda Kunjungi Universitas Paramadina
- Jago Merah Melahap 5 Rumah di Siak, Dua Bocah Meninggal Dunia
Bumi Panas 2023, NASA Warning Paling Gerah Sepanjang Sejarah
JAKARTA - Tanda Bumi mulai memanas terlihat dari luar angkasa. Ini berasal dari NASA yang berhasil mendeteksi El Nino.
Satelit Sentinel-6 Michaeil Freilich berhasil merekam pergerakan gelombang Kelvin, fenomena sebelum datangnya El Nino. Gelombang itu bergerak melintasi Samudera Pasifik ke arah timur.
Pada April dan Mei, gelombang Kelvin diketahui bergerak ke arah timur menuju pantai barat Amerika Selatan. Tinggi gelombangnya hanya 5-10 cm, namun lebarnya ratusan kilometer.
Gelombang tersebut terbentuk di wilayah khatulistiwa, dan akan mendorong air hangat ke atas Samudera Pasifik bergerak ke arah barat.
Menurut Josh Wills dan NASA, pihaknya akan selalu mengamati pergerakan El Nino. Sebab, jika fenomena tersebut membesar maka akan berpengaruh pada suhu di Bumi.
"Kami akan mengamati El Nino seperti elang," kata Josh Wills dari NASA. "Jika [El Nino] ini besar, suhu panas di Bumi akan mencetak rekor."
Sebagai informasi, El Nino merupakan bagian dari siklus iklim Enso, yakni yang dimulai dengan pergerakan angin ke arah timur sepanjang khatulistiwa. Fenomena ini akan membuat air permukaan menuju arah barat dari benua Amerika ke Asia.
Pergerakan air hangat ini akan membuat air dingin naik ke permukaan. Saat El Nino terjadi maka fenomena pergerakan angin melemah dan membuat air hangat tertiup ke rimut.
El Nino akan membuat curah hujan di Indonesia, India, dan Australia turun drastis. Sedangkan di Samudera Pasifik terjadi sebaliknya.
Fenomena El Nino merupakan siklus yang terjadi tiga atau lima tahun, namun bisa juga sering terjadi. Terakhir El Nino terjadi pada 2019 selama enam bulan pada Februari hingga Agustus.