- Tutup TC Kafilah Bengkalis Peserta MTQ ke-42 Tingkat Provinsi Riau, Bupati Minta Kafilah Tetap Rutin Berlatih
- Meriahkan Pesta Demokrasi, Bupati Kasmarni Ajak Masyarakat Ke TPS
- Gelar Gemar Siak Berzakat, Baznas Kabupaten Siak Berhasil Kumpulkan Rp 689.77 Juta
- Panglima TNI Terima Laporan Korps Kenaikan Pangkat 29 Perwira Tinggi TNI
- Peduli Sesama, TNI di Rokan Hulu Riau Bagi-Bagi Takjil Berbuka Puasa
- Bupati Bengkalis Serahkan LKPD Unaudited Tahun 2023 ke BPK RI Riau
- Safari Ramadhan, Bupati Rohil Salurkan Bantuan Operasional Masjid Mujahidin Sungai Nyamuk
- Ikhtiar Berzakat Terus Disosialisasikan, Bupati Alfedri Pimpin Gemar Siak Berzakat
- Panglima TNI Hadiri Rapat Koordinasi Lintas Sektoral Operasi Ketupat 2024
- TP PKK Kabupaten Siak dan BRK Syariah Salurkan 120 paket Sembako
- Ketua Umum Dharma Pertiwi Hadiri Pembukaan Jala Craft 2024
- Penuh Berkah, Pj Gubri dan Bupati Kasmarni Safari Ramadhan di Kecamatan Pinggir
- Soal Video Viral Mirip Sekda, Diskominfotiks Rohil Lakukan Koordinasi Dengan Kementrian Kominfo RI
- PM Jepang Lantik Tiga Perwira Remaja TNI Lulusan NDA
- Kisah Perjalanan-Spiritual Para Tokoh: Edisi Muslimah Muallaf Asal Filipina
- Polbeng Kembali Kirim Mahasiswa Kuliah di Jerman
- Panglima TNI Rotasi dan Mutasi 52 Perwira Tinggi TNI
- Sempena Safari Ramadhan 1445 H, PD Muhammadiyah Siak Kukuhkan Pengurus PCM Kandis
- Pimpin Bujang Kampung, Wabup Husni Merza Ingatkan Para Camat Pantau Harga Sembako di Pasaran
- Mantapkan Kualitas Jelang MTQ Riau, Kesra Bengkalis Lakukan Pembinaan Terpusat
Studi: Makan Ayam Goreng Tiap Hari Tingkatkan Risiko Kematian
(Brian Chan)
JAKARTA - Wangi ayam goreng yang tercium gurih tentu akan menggoda. Selain nikmat disantap, ayam goreng juga telah menjadi menu makan andalan sebagian besar penduduk Bumi.
Namun, tampaknya Anda perlu mulai membatasi konsumsi ayam goreng. Sebuah penelitian anyar menyebutkan, satu porsi ayam atau ikan goreng setiap hari dikaitkan dengan risiko kematian yang lebih tinggi.
Studi itu dilakukan terhadap wanita Amerika Serikat yang memasuki masa pasca-menopause. Wanita yang menikmati ayam goreng sekali atau lebih per hari berisiko kematian 13 persen lebih tinggi. Sementara wanita yang mengonsumsi ikan goreng atau kerang setiap hari berisiko 7 persen lebih tinggi terhadap kematian.
Studi yang dipublikasikan dalam BMJ Journal ini menyoroti pembatasan konsumsi makanan yang diproses dengan penggorengan, khususnya ayam dan ikan.
"Kami tahu konsumsi makanan yang digoreng adalah sesuatu yang sangat umum di AS dan juga seluruh dunia. Kami ingin tahu efek jangka panjang dari konsumsi makanan yang digoreng," ujar penulis utama studi, Wei Bao, yang merupakan profesor epidemiologi di Iowa University, AS, mengutip CNN.
Bao dan peneliti lainnya mengamati kebiasaan makan dari hampir 107 ribu wanita berusia 50-79 tahun di 40 klinik AS pada 1993-1998. Rata-rata dari mereka dipantau selama 18 tahun.
Saat awal penelitian, para wanita diminta mengisi kuesioner tentang kebiasaan makan. Beberapa informasi itu berputar sekitar frekuensi makan dan ukuran porsi beberapa jenis makanan termasuk ayam goreng, ikan goreng, kentang goreng, tortilla, dan taco. Jenis-jenis makanan ini dipercaya sebagai faktor-faktor penyebab kematian.
Namun, para peneliti mengatakan bahwa temuan ini tak bisa dijadikan patokan lantaran hanya berlandaskan hitungan statistik.
"Hubungan makanan gorengan dengan kesehatan adalah efek gabungan dari makanan itu sendiri dan proses penggorengan," jelas Bao.
Peningkatan risiko ini bisa terjadi akibat sejumlah alasan. Salah satu kemungkinannya adalah bahwa makanan-makanan ini diolah dengan hebat. "Artinya mereka (makanan) mungkin mengandung banyak sodium dan minyak yang dapat berkontribusi pada risiko kematian yang lebih tinggi," ujar Bao.
Sebelumnya, sejumlah penelitian telah menunjukkan hubungan antara konsumsi makanan goreng dengan peningkatan risiko diabetes tipe-2 dan penyakit jantung.
Sebuah studi pada 2017 juga menemukan bahwa seseorang yang mengonsumsi kentang goreng dua kali atau lebih dalam sepekan secara tidak langsung menggandakan risiko kematian dini.
Ahli nutrisi dari British Nutrition Foundation, Bridgen Benelam, percaya bahwa ada sejumlah alasan mengapa ayam dan ikan goreng berdampak buruk pada kesehatan. Padahal, kedua makanan itu dikenal kaya protein.
"Meningkatnya kandungan lemak dan dampak menggoreng pada suhu tinggi dapat mendorong produksi lemak trans dan senyawa berbahaya lainnya yang disebut glikasi," ujar Benelam.
Glikasi merupakan produk senyawa yang terbentuk saat sumber makanan hewani--ayam dan ikan--dimasak pada suhu tinggi. Glikasi juga kerap dikaitkan dengan risiko penyakit kardiovaskular yang lebih tinggi.
Tidak Bisa Berlaku Di mana-mana
Bao mengatakan bahwa temuan studinya ini tak dapat digeneralisasi secara global. Orang di seluruh dunia barangkali memiliki praktik menggoreng yang berbeda, seperti makan goreng di restoran cepat saji atau di rumah dengan minyak yang berbeda.
Dalam penelitian ini, misalnya, para peneliti mengaitkan kebiasaan ini dengan restoran-restoran cepat saji yang ada di AS. Sebagaimana diketahui, orang-orang AS begitu terbiasa dengan menyantap sajian-sajian cepat saji setiap harinya.
Sementara di Spanyol, penelitian serupa tak menunjukkan keterkaitan apa pun. Sebab, rata-rata penduduk Spanyol terbiasa menggunakan minyak zaitun untuk menggoreng.
(cnnindonesia.com)