- Bupati Bengkalis Hadiri HUT Kota Dumai
- STIE Syari'ah Bengkalis Jalin Kerjasama dengan Fatoni University Thailan
- Anggota Koramil 0321-05/RM Goro Bangun Rumah Warga Binaan
- Segini Jumlah Beras untuk Makan Siang Gratis Prabowo
- Ini 5 Pernyataan Ganjar-Mahfud Tak Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran sebagai Presiden-Wapres Terpilih
- Hadiri Peringatan Hari Otda Ke-28, Wabup: Spirit Komitmen Berkelanjutan Bangun Daerah
- Anggota Koramil 0321-05/RM dan MPA Kembali Patroli Karhutla di Pematang Sikek
- Panglima TNI Hadiri Halal Bihalal PP Muhammadiyah di UMJ
- Kemenag Larang Seremoni Keberangkatan Haji Lebih dari 30 Menit, Berikut Ketentuannya
- Ini Formasi CPNS dan PPPK 2024 di 7 Kementerian
- Mantap, 8 Cabang Lomba MTQ Riau Peserta Siak Masuk Final
- Dewan Kehormatan Minta Ketum PWI Terima Sanksi Dugaan Penyalahgunaan Dana CSR BUMN
- Final MTQ ke-42 Provinsi Riau, Fahmil Putra Bengkalis Raih Juara 1
- Diduga Cemari Lingkungan, Sidak Komisi IV DPRD Pekanbaru ke PT Sumatera Kemasindo Diwarnai Penolakan
- Bupati Kasmarni Minta Kepala Sekolah Fokus dan Optimalkan Kinerja
- Dianggap Tak Guna, Pemerintah Diminta Segera Hapus DMO CPO
- Bukan RI-Vietnam, Ramai Pabrik Pindah dari China ke Negara ASEAN Ini
- Fahmil Putra Bengkalis Melaju Babak Final MTQ Riau di Dumai
- Bupati Alfedri Hadiri Pelepasan Siswa SMK Yamato Tualang
- Dolar Masih di Atas Rp16.200, Siap-Siap Harga Laptop-AC Beterbangan
Halau China, Kapal Selam Militer AS Serbu Laut China Selatan
(Dok : BUMN)
JAKARTA - Angkatan Laut Amerika Serikat (AS) mengirim setidaknya tujuh kapal selam ke Laut China Selatan. Menurut salah satu tokoh penting dalam angkatan laut, kapal-kapal itu sengaja disiagakan dengan tujuan untuk memastikan kebebasan dan mengimbangi operasi China di kawasan.
"Operasi kami adalah demonstrasi kesediaan kami untuk membela kepentingan dan kebebasan kami di bawah hukum internasional." kata Laksamana Muda Blake Converse, komandan sub-pasukan Pasifik yang bermarkas di Pearl Harbor, lapor Express, Selasa (19/5/2020).
Kapal selam yang disiagakan itu termasuk empat kapal selam penyerang (attack submarines) yang berbasis di Guam, USS Alexandria yang berbasis di San Diego dan beberapa kapal yang berbasis di Hawaii.
Attack submarines merupakan kapal selam yang dipersenjatai dengan torpedo dan rudal jelajah Tomahawk. Kapal selam jenis ini mampu melakukan pengawasan rahasia.
Selain kapal selam, Angkatan Laut AS juga telah menyiagakan armada kapal perang di Pasifik Barat sebagai unjuk kekuatan di kawasan. Langkah ini terjadi di tengah meningkatnya ketegangan antara AS dengan China di Laut China Selatan dan di tengah cekcok kedua ekonomi terbesar di dunia itu soal pandemi virus corona (COVID-19).
Sebagaimana diketahui, berapa waktu belakangan China terus meningkatkan aktivitasnya di Laut China Selatan. China juga terus memperluas kendalinya atas sebagian besar wilayah di perairan tersebut dengan membangun pulau-pulau buatan atau pulau reklamasi.
China juga diyakini telah melakukan aktivitas yang mengganggu negara-negara lain di kawasan, seperti yang baru-baru ini dilakukannya terhadap kapal eksplorasi minyak yang dikontrak oleh perusahaan energi negara Malaysia, Petronas.
Sebelumnya, AS telah menyebut bahwa apa yang dilakukan China di kawasan adalah upaya ilegal. China juga dianggap telah dengan sengaja memanfaatkan kondisi di mana pandemi sedang mewabah untuk meningkatkan keuntungan di kawasan.
"Ketika militer AS menangani COVID-19 di dalam negeri, kami tetap fokus pada misi keamanan nasional kami di seluruh dunia.
"Banyak negara telah berupaya untuk pulih dari pandemi, dan sementara itu, pesaing strategis kami berusaha untuk mengeksploitasi krisis ini untuk keuntungan mereka dengan mengorbankan negara lain." kata Menteri Pertahanan AS Mark Esper.
Esper juga menuduh China meningkatkan "kampanye disinformasi" untuk mengalihkan kesalahan terkait virus mematikan asal kota Wuhan itu dan melindungi citranya.
"Kami terus melihat perilaku agresif oleh Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) di Laut China Selatan, mulai dari mengancam kapal angkatan laut Filipina hingga menenggelamkan kapal nelayan Vietnam dan mengintimidasi negara-negara lain agar dibiarkan terlibat dalam pengembangan minyak dan gas lepas pantai."
Lebih lanjut, Esper mengatakan bahwa dua kapal AS baru menyelesaikan operasi kebebasan navigasi (FONOP) di Laut China Selatan minggu sebelumnya. Kedua kapal itu adalah Kapal penjelajah berpeluru kendali USS Bunker Hill dan kapal perusak USS Barry.
Kapal penjelajah berpeluru kendali USS Bunker Hill melakukan FONOP di Kepulauan Spratly, dan kapal perusak USS Barry berlayar dua kali melalui Selat Taiwan dan melalui Kepulauan Paracel, wilayah yang disengketakan yang diklaim China sebagai miliknya.
"[Operasi itu bertujuan] untuk mengirim pesan yang jelas ke Beijing bahwa kami terus melindungi kebebasan navigasi dan perdagangan untuk semua negara besar dan kecil." jelas Esper.
Aksi ini sebelumnya telah membuat marah China. Negara ini menyebut upaya AS itu sebagai tindakan provokatif dan mengancam ketenangan di kawasan.
"Tindakan-tindakan provokatif oleh pihak AS ini telah secara serius melanggar kedaulatan dan kepentingan keamanan China, sengaja meningkatkan risiko keamanan regional dan dapat dengan mudah memicu insiden yang tidak terduga." kata komando militer China dalam sebuah pernyataan.
(CNBCIndonesia.com)