- Bupati Bengkalis Hadiri HUT Kota Dumai
- STIE Syari'ah Bengkalis Jalin Kerjasama dengan Fatoni University Thailan
- Anggota Koramil 0321-05/RM Goro Bangun Rumah Warga Binaan
- Segini Jumlah Beras untuk Makan Siang Gratis Prabowo
- Ini 5 Pernyataan Ganjar-Mahfud Tak Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran sebagai Presiden-Wapres Terpilih
- Hadiri Peringatan Hari Otda Ke-28, Wabup: Spirit Komitmen Berkelanjutan Bangun Daerah
- Anggota Koramil 0321-05/RM dan MPA Kembali Patroli Karhutla di Pematang Sikek
- Panglima TNI Hadiri Halal Bihalal PP Muhammadiyah di UMJ
- Kemenag Larang Seremoni Keberangkatan Haji Lebih dari 30 Menit, Berikut Ketentuannya
- Ini Formasi CPNS dan PPPK 2024 di 7 Kementerian
- Mantap, 8 Cabang Lomba MTQ Riau Peserta Siak Masuk Final
- Dewan Kehormatan Minta Ketum PWI Terima Sanksi Dugaan Penyalahgunaan Dana CSR BUMN
- Final MTQ ke-42 Provinsi Riau, Fahmil Putra Bengkalis Raih Juara 1
- Diduga Cemari Lingkungan, Sidak Komisi IV DPRD Pekanbaru ke PT Sumatera Kemasindo Diwarnai Penolakan
- Bupati Kasmarni Minta Kepala Sekolah Fokus dan Optimalkan Kinerja
- Dianggap Tak Guna, Pemerintah Diminta Segera Hapus DMO CPO
- Bukan RI-Vietnam, Ramai Pabrik Pindah dari China ke Negara ASEAN Ini
- Fahmil Putra Bengkalis Melaju Babak Final MTQ Riau di Dumai
- Bupati Alfedri Hadiri Pelepasan Siswa SMK Yamato Tualang
- Dolar Masih di Atas Rp16.200, Siap-Siap Harga Laptop-AC Beterbangan
Korban Tewas Gempa Maroko Meningkat Jadi 2.862 orang, Lebih dari 2.500 Lainnya Terluka
RABAT - Kementerian Dalam Negeri Maroko per Senin (11/9/2023) mengumumkan bahwa total korban tewas akibat gempa Maroko magnitudo 6,8 yang mengguncang pada Jumat (8/9), meningkat jadi 2.862 orang. Adapun korban luka mencapai lebih dari 2.500 orang.
Di Tafeghaghte, sebuah desa pegunungan, baut mayat membusuk dilaporkan tercium menyengat. Pasalnya, jasad korban tewas hanya dikuburkan di kuburan sementara yang dangkal.
Tumbuhan berduri dan batu menutupi kuburan sementara itu, salah satunya untuk mengusir anjing.
Misi pencarian dan penyelamat di Tafeghaghte disebut telah berakhir. Hanya terdapat 100 rumah di dusun ini, namun lebih dari 90 orang tewas. Jasad terakhir ditemukan pada Senin pagi.
Buldoser yang dikirim pemerintah untuk mencari puing-puing kini hanya mencari barang-barang yang bisa diselamatkan.
Di dekat kuburan sementara, warga setempat membangun perkemahan di hutan pohon zaitun. Di sana seorang perempuan bernama Batoul (68), menyajikan teh dan roti kepada pengunjung dan tetangga, meskipun tujuh anggota keluarganya tewas akibat gempa.
"Saya tidak merasakan apa-apa," kata Batoul, seperti dilansir NBC News, Selasa (12/9). "Semuanya mati."
Daerah di Pegunungan High Atlas Paling Membutuhkan Bantuan
Tim dari Doctors Without Borders yang berada di lokasi mengatakan bahwa daerah di Pegunungan High Atlas, yang menjadi pusat gempa Maroko, adalah yang paling membutuhkan bantuan.
"Mereka jugalah yang paling sulit dijangkau karena jalan-jalan juga terdampak gempa," kata kelompok tersebut.
Seperti halnya di banyak desa di wilayah ini, masyarakat termiskinlah yang dilaporkan paling menderita.
Batoul berbagi tenda dengan saudara laki-lakinya dan satu putranya. Putranya yang lain, Abdul Karim (43), datang membawa perbekalan seperti pakaian, selimat, dan sabun dari dekat Marrakesh, yang berjarak 90 menit berkendara.
"Desa ini memiliki sekitar 100 rumah dan sudah seperti sebuah keluarga. Sekarang tidak ada apa-apa," kata Abdul Karim.
"Kami menunggu pemerintah datang dan membantu. Tidak ada lagi yang bisa kami lakukan."
Sejauh ini dilaporkan hanya ada sedikit tanda-tanda bantuan pemerintah di Tafeghaghte, sebuah persoalan yang dikabarkan juga dialami seluruh wilayah yang terdampak.
Maroko Terima Bantuan dari 4 Negara
Meski menerima tawaran bantuan dari beberapa negara, The Associated Press melaporkan bahwa Maroko saat ini hanya menerima bantuan dari empat negara, yaitu Spanyol, Qatar, Inggris, dan Uni Emirat Arab.
"Pihak berwenang Maroko telah secara hati-hati menilai kebutuhan di lapangan, mengingat kurangnya koordinasi dalam kasus-kasus seperti itu akan menjadi kontraproduktif," kata Kementerian Dalam Negeri Maroko.
Kelompok masyarakat sipil telah mengirimkan tenda dan menyediakan makanan. Pekerja bantuan internasional dari Inggris dan Spanyol kini menyiapkan upaya bantuan di lembah terdekat, yang tidak jauh dari Tafeghaghte.
Warga berharap bantuan yang lebih besar akan datang.
"Kami tidak meminta banyak," kata Abdul Karim. "Kami hanya meminta pemerintah untuk membangun kembali rumah kami."
(sumber)