Senin, 12 Mei 2025 WIB

Kasus Melonjak, DBD Tahun Ini Sudah Renggut 777 Nyawa

Redaksi - Sabtu, 15 Juni 2024 10:24 WIB
Kasus Melonjak, DBD Tahun Ini Sudah Renggut 777 Nyawa
JAKARTA - Kementerian Kesehatan mencatat, hingga pekan ke-22 tahun 2024, terdapat hampir 120 ribu kasus demam berdarah dengue (DBD). Angka tersebut melebihi total kasus pada 2023 yang sebanyak 114.700 kasus.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan, Imran Pambudi, menyebut bahwa kematian akibat DBD pada 2024 sejauh ini sudah 777, sementara pada 2023 sebanyak 894 kasus.

"Kalau kita lihat di sini, jumlah paling banyak, tetap paling banyak adalah Jawa Barat. Kemudian tahun ini disusul DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah," ujar Imran dalam temu media "Asean Dengue Day 2024" yang disiarkan di Jakarta, Jumat (14/6/2024).

Baca Juga:

Adapun untuk kasus kematian, ujarnya, Jawa Barat tertinggi dan disusul Jawa Tengah, lalu Jawa Timur. "DKI malah tidak muncul di sini. Kalau saya melihat sebetulnya kunci penanganannya, di DKI ini begitu terdeteksi orang demam berdarah, langsung masuk, opname. Karena kalau disuruh pulang, kita susah untuk melakukan monitoring," katanya.

Menurut dia, dalam penanganan dengue, yang terpenting adalah komitmen pemerintah, kolaborasi, serta inovasi-inovasi. Dia menilai komitmen pemerintah daerah penting karena mereka yang memiliki kendali di daerahnya.

Baca Juga:

Dia mencontohkan Kupang dan Probolinggo sebagai kesuksesan dalam menurunkan kasus DBD. Kasus DBD di Kupang turun pada 2022 dan 2023, karena setiap Jumat wali kotanya meminta semua ASN untuk melakukan pemberantasan sarang nyamuk secara serentak. Adapun Probolinggo, katanya, turun karena Pj Bupatinya setiap Jumat berkeliling untuk melihat pelaksanaan pemberantasan sarang nyamuk.

Dalam kesempatan itu, Imran menjelaskan bahwa meski siklus bulanan nyamuk aedes aegypti sudah lewat, namun risiko terjadinya penyebaran demam berdarah tetap tinggi sepanjang tahun, karena suhu dan cuaca sudah tidak menentu lagi.

Dia menjelaskan bahwa Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika menyebut bahwa puncak kemarau pada Juli dan Agustus, dan nyamuk aedes aegypti sering menggigit apabila suhunya meningkat. Di sisi lain, katanya, hujan saat ini tidak menentu. Menurut dia, hal tersebut berbahaya, karena genangan air tidak tergantikan, sehingga menjadi tempat untuk nyamuk berkembang biak.

Antara

Editor
: Redaksi
SHARE:
Tags
beritaTerkait
Dalam Empat Bulan 1.471 Kasus DBD di Riau
Berantas Malaria di Kuala Selat Inhil, Petugas Semprotkan Insektisida
Malaria di Kuala Selat Bertambah Jadi 128 Kasus
Kasus Malaria Ditemukan di Pekanbaru, Dipastikan Bukan Penularan Lokal
Diskes Riau Dirikan Posko di Kuala Selat Pasca Penetapan KLB Malaria
Pasca Temuan 22 Kasus, Pemkab Inhil Tetapkan KLB Malaria di Kuala Selat
komentar
beritaTerbaru